Think Again - Double Campus

Kuliah - Sumber gambar: si-pedia.com


Akhir-akhir ini pikiran saya dipenuhi berbagai macam hal. Mulai dari rencana proyek yang molor, hingga kehidupan saya sekarang ... Yang hidup di dua kampus.

Sumber Inspirasi - Sebulan yang lalu, saya mendapatkan pengumuman bahwa saya diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri. Saya diterima di fakultas ekonomi. Berita tersebut sontak membuat saya senang bukan main karena sudah 4 tahun terakhir ini saya bolak-balik gagal masuk sekolah negeri. Namun, ada satu hal yang mengganjal ... Saya masih terikat di sekolah lama.

Saya sekarang masih menempuh sekolah desain di salah satu Perguruan Tinggi Swasta. Di sana, kami menjalani kuliah dalam bentuk kelompok-kelompok beranggotakan 4 orang. Sehingga apabila di tengah kuliah ada mahasiswa yang mengundurkan diri, anggota sisanya akan kewalahan menghadapi tugas yang cukup banyak.

Nekat, saya pun memutuskan untuk hidup di dua kampus. Di kampus lama saya disibukkan dengan berbagai tugas mulai dari mendesain, hingga membuat laporan. Di kampus baru, saya disibukkan dengan aktivitas administrasi terkait status saya sebagai mahasiswa baru.

Jangan ditanya seberapa sibuknya saya. Saya harus bolak-balik dua kampus yang berkilometer jauhnya. Pernah satu hari, saya dihadapi jadwal yang sangat padat.

Pukul 05.00 pagi, saya berangkat dari rumah untuk berangkat ke kampus lama.

Pukul 07.00 pagi, saya tiba di kampus dan siap mengikuti kuliah selama 2 jam.

Pukul 09.00 pagi, ada tugas kelompok yang harus dikerjakan karena akan dikumpulkan pada pukul 12 siang.

Pukul 09.30 pagi, saya minta izin ke kelompok saya untuk pergi sebentar. Dengan janji pada pukul 12.00 saya siap presentasi desain di kampus.

Pukul 10.00 pagi, saya mempersiapkan berbagai data yang harus dikumpulkan sebagai persyaratan daftar ulang di kampus baru. Sedangkan teman-teman saya sedang sibuk menangani pembuatan laporan.

Pukul 11.00 siang, saya tiba di kampus baru saya, lalu bergegas ke gedung administrasi dan melakukan proses daftar ulang dengan sangat terburu-buru. Saya melihat ada aktivitas ospek mahasiswa baru saat itu, tetapi saya abaikan saja. Saya menyegerakan diri keluar kampus dan kembali menaiki angkutan umum ke kampus lama.

Pukul 12.30 siang, saya tiba di kampus lama. Lalu bergegas ke ruang presentasi. Untung saja, kelompok saya masih berada di daftar tunggu. Saya tidak terlambat.

Pukul 13.00 siang, usai presentasi, saya mengikuti kuliah lagi selama 2 jam.

Pukul 15.00 sore, saya bergegas pulang karena harus ke perpustakaan kota untuk mengembalikan buku.

Pukul 16.00 sore, saya tiba di perpustakaan dan mengembalikan beberapa buku yang saya pinjam.

Kalian pikir sampai situ sudah selesai? Belum. Saya masih ada pekerjaan mengurus deretan naskah di blog baru saya, Kafe Kopi. Saya bekerja hingga larut malam ....

*****

Satu hal yang saya rasakan hari itu: lelah. Biasanya saya hanya bolak-balik satu kali, di hari itu saya bolak balik dua kampus hingga 2 kali.

Saya ingat sekali, semasa kuliah dulu, ada dosen saya yang pernah bercerita mengenai masa studi S2 nya.

Dosen saya: "Saya dulu menempuh S2 di kampus A di Jakarta, lalu mengajar di kampus B di Bandung. Lalu malamnya saya bekerja di kantor. Dini hari saya mengerjakan tugas. Ya begitulah hidup saya selama 2 tahun. Ingat ya, kalian baru akan merasakan hidup yang sebenarnya ketika kalian mulai terikat di lebih dari satu tempat."

Dulu saya hanya tertawa mendengar ternyata ada manusia yang sesibuk itu. Ketika saya merasakan sendiri, saya sadar bahwa apa yang dikatakan dosen saya adalah benar.


"Terikat di lebih dari satu tempat, membuat kita tidak bisa terikat sepenuhnya."

Think Again - Sayoga R. Prasetyo


Saya masih bersyukur, karena aktivitas di dua kampus tersebut tidak terlalu berat dan ada banyak orang yang mau menolong saya. Sungguh tak terbayang apabila dua kampus tersebut aktivitasnya berat dua-duanya ...

Tetapi di balik semua ini, ada hikmah yang bisa saya pelajari.

Setiap manusia, ingin terikat.

Orang yang lajang, ingin berkekasih. Orang yang tidak punya teman bicara, ingin punya teman bicara. Orang yang tidak punya keluarga, ingin berkeluarga.

Lihat, setiap manusia, ingin terikat sesuatu. Tidak pernah mau sendirian.

Coba perhatikan, akibat terikat di dua kampus, ada banyak aktivitas yang saya lewatkan di kampus lama. Dan ada banyak aktivitas yang saya lewatkan di kampus baru. Berarti ada satu pemahaman lagi yang bisa kita ambil: orang yang terikat di lebih dari satu tempat, tidak pernah terikat sepenuhnya.

Sehingga, baikkah apabila seseorang bekerja di dua kantor? Sebaiknya tidak.

Baikkah apabila seseorang bersekolah di dua sekolah? Sebaiknya tidak.

Baikkah apabila seseorang laki-laki jatuh cinta pada dua wanita? Sebaiknya tidak.

Perhatikan bahasa saya barusan. Saya bilang SEBAIKNYA. Berarti, apabila terpaksa ya tidak apa-apa.

Itulah alasan mengapa menjalin persahabatan dengan satu orang lebih indah ketimbang menjalin persahabatan dengan 10 orang.

Itulah alasan mengapa keluarga yang anggotanya 3 orang lebih hangat ketimbang keluarga yang anggotanya 12 orang.

Dan itulah alasan mengapa keindahan cinta yang sesungguhnya tidak pernah menghampiri orang yang doyan selingkuh.

Kesimpulannya,

Kita adalah makhluk sosial yang selalu ingin terikat. Tetapi semakin banyak ikatan yang melilit kita, semakin lemah ikatan yang kita rasakan. Sehingga alangkah bijaknya apabila kita secara rutin melirik hubungan kita dengan orang lain. Apabila terlalu sedikit, tambah ikatan baru. Apabila terlalu banyak, putuskan beberapa.


Jadi, apakah Anda merasa bahwa hubungan Anda dengan orang lain sudah tepat? Think Again.

Komentar

Posting Komentar

Ada tambahan? Atau ada sanggahan? Silakan utarakan :)