Saya
adalah tipe orang yang tidak menyukai latihan kedisiplinan semacam ospek. Bagi
saya, ospek tidak membangun karakter bangsa yang disiplin, melainkan hanya
membangun mental siswa agar takut pada orang yang jabatannya lebih tinggi
darinya. Tidak hanya itu, kewajiban untuk membawa barang yang aneh-aneh plus
aturan yang tidak masuk akal merupakan metode pendidikan yang jauh dari kata
efisien.
Saya jadi ingat
pengalaman saya mengikuti ospek sewaktu SMA. Waktu itu ada salah satu kegiatan
ospek yang sangat aneh: para siswa baru diperintah untuk mencari ketua OSIS.
Terdengar sepele?
Ya. Tetapi masalahnya, sejak hari pertama MOS, kami tidak pernah diperkenalkan
ketua OSIS itu siapa. Bagaimana ini?
Kurang lebih selama
satu jam para peserta didik baru berkeliaran mencari info tentang ketua OSIS.
Tetapi tidak ada. Tidak ada orang yang mau memberi tahu siapa ketua OSIS di
sekolah kami. Saya pun berupaya untuk bertanya pada anggota OSIS yang sekiranya
mau berbaik hati memberitahu.
Saya: (agak berbisik) "Kak, ketua OSIS itu siapa sih? Ini waktu kami tinggal 5 menit
lagi nih … kalau gak ada satupun siswa yang nemuin ketua OSIS, bisa-bisa kami
semua dihukum lagi."
Senior Saya: (ikut berbisik) "Cari aja yang rambutnya tipis."
Saya: "Anggota
OSIS yang rambutnya tipis kan banyak, Kak -_-"
Senior Saya: "Kalau
kakak kasih tau lebih gamblang lagi, nanti jadi gak asik dong."
Sial. Saya langsung
duduk tepat di sebelah senior saya itu. Lantas menghela napas sembari
memperhatikan peserta ospek lain yang mondar-mandir kesana kemari.
Saya: "Kak,
sebenernya kegiatan nyari-nyari ketua OSIS gini tuh tujuannya apa sih?"
Senior saya itu diam
tak menjawab. Tak lama kemudian, barulah ia membuka mulutnya.
Senior Saya: "Gak
tau. Kami mah ngikutin yang tahun kemarin aja. Karena tahun kemarin ospeknya
ada kegiatan beginian ya tahun ini kegiatan itu diulang lagi. Kami juga gak
tahu apa maksudnya."
Saya menepuk dahi.
Tiba-tiba senior
yang lainnya (yang kurang lebih satu jam yang lalu menyuruh kami untuk mencari
ketua OSIS) muncul ke tengah lapangan dan membawa pengeras suara.
Senior: "YA,
SEMUANYA! PERHATIAN! WAKTU KALIAN SUDAH HABIS! KALIAN SEMUA DINYATAKAN
GAGAL!"
Terdengar desah
kecewa dari seluruh peserta ospek. Tak lama, kami semua langsung berkumpul ke
tengah lapang, mendekati senior yang barusan berbicara menggunakan pengeras
suara.
Senior: "Jadi,
tidak ada satu pun yang berhasil menemukan ketua OSIS di sekolah ini?"
Seluruh peserta: "Tidak."
Senior: "Oke
kalau begitu, sebenarnya Ketua OSIS itu adalah … saya."
***
Kalau kita
pikir-pikir lagi, sebenarnya semua makhluk yang hidup di muka bumi ini hanya
melakukan satu aktivitas, yaitu: mencari.
Apa iya? Mari kita
lihat contohnya.
Orang-orang yang
hidupnya tengah dilanda masalah akan berupaya untuk mencari solusi. Orang-orang
yang perutnya lapar akan berupaya untuk mencari makanan. Orang-orang yang
bernyawa akan berupaya untuk mencari ridha Sang Pencipta.
Lihat, yang
aktivitas yang kita lakukan hanyalah satu, yaitu mencari.
Para pelajar
berupaya mencari ilmu. Para pekerja berupaya mencari uang. Para lajang akan
berupaya mencari jodoh.
Lagi-lagi, aktivitas
yang kita lakukan hanyalah satu, yaitu mencari. Apapun profesinya, apapun
nasibnya.
Lantas
orang-orang sukses, apakah mereka adalah
seorang pencari? Ya. Mereka adalah para pencari keberhasilan. Hanya saja,
perbedaannya, mereka mencari lebih giat dari orang biasa. Ya, semakin giat
seseorang mencari sesuatu, semakin besar potensi ditemukannya hal yang ia cari
tersebut.
Coba kita lirik
kembali cerita singkat saya mengenai ospek yang menyebalkan itu. Apa yang
menjadi pokok permasalahannya? Ya, saya tidak berhasil menemukan Ketua OSIS
saat diberi kesempatan untuk mencari.
Pertanyaannya:
Mengapa saya tidak berhasil menemukan Ketua OSIS?
Jawabannya sederhana
saja: Saya tidak membayangkan bagaimana rupa Si Ketua OSIS tersebut. Kalau saja
saya tahu dan membayangkan wajahnya, pasti saya bisa menemukannya dengan mudah.
Lantas apa
hubungannya dengan kesuksesan?
Banyak orang
mengeluarkan banyak keringat untuk mencari kesuksesan. Tapi sayangnya, mereka
tidak kunjung menemukan kesuksesan. Apa alasannya? Ya, mereka tidak
membayangkan bagaimana rupa kesuksesan.
"Agar
bisa mencari, kita membutuhkan energi. Agar bisa menemukan, kita membutuhkan
imajinasi tentang sesuatu yang ingin kita temukan."
Untuk dapat meraih
kesuksesan, selain membutuhkan kerja keras dan ketekunan, kita juga perlu
membayangkan kesuksesan tersebut. Bayangkan, dan buatlah peta agar kita dapat
merealisasikan imajinasi tersebut.
Itulah dia yang
dinamakan rencana.
Jangan sepelekan
rencana. Orang yang setiap langkahnya terencana, akan lebih mudah menggapai apa
yang ia inginkan. Buatlah rencana tentang apa yang akan Anda lakukan dan apa
yang akan Anda raih tahun depan, bulan depan, bahkan esok hari.
Mulailah
membayangkan apa yang ingin Anda capai, lalu buatlah rencana untuk
menggapainya. Karena kesuksesan hanya menghampiri orang yang keras dalam
mencari, dan cerdas dalam menemukan.
Jadi, apakah Anda
masih menyepelekan rencana masa depan? Think
Again.
Komentar
Posting Komentar
Ada tambahan? Atau ada sanggahan? Silakan utarakan :)