Think Again - Organik


Hampir setiap bulan saya mengunjungi kota Bandung karena saya punya rutinitas berbelanja ke toko buku. Disana, hampir di setiap 100 meter ada 2 tempat sampah, yakni tempat sampah organik dan tempat sampah non-organik. Anehnya, tempat sampah organik yang berwarna hijau itu selalu kosong, sedangkan tempat sampah non-organik penuh dengan sampah dedaunan bercampur sampah plastik. Sekilas saya menyimpulkan bahwa masyarakat belum tahu apa maksudnya organik dan non-organik.

Beberapa waktu yang lalu, saya kembali ke kota bandung untuk berbelanja buku. Namun, untuk kali ini saya ditemani seorang teman saya. Ceritanya, usai ke toko buku, teman saya ini akan pergi ke toko elektronik. Berhubung saya penasaran, maka saya ikut mampir ke toko elektronik tersebut.

Di sana kami berkeliling menghampiri kios-kios penyedia aksesoris ponsel. Saya langsung bertanya,

Saya: "Nyari apa sih?"

Teman Saya: "Nyari antigores sama karet silikon."

Saya: "Ga pake juga ga apa-apa kan? Sayang kan uangnya, ratusan ribu melayang Cuma buat beli pelindung hape. Mending buat beli makanan atau beli pulsa kan …."

Teman Saya: "Ya emang gini konsekuensinya kali, Yog. Kalo kita punya hape, laptop, motor … makin sering dipake ya makin rusak. Nah, biar awet, kita harus beli aksesoris kayak begini. Kalo soal mahal sih ya … udah risiko."

Teman Saya: "Beda lah sama melihara kucing. Makin sering diajak main, justru makin lincah."

SPG Kios Ponsel: "Ini Mas, antigores sama karet silikonnya udah dipasang. Semuanya jadi 100 ribu."

Lantas teman saya merogoh uang seratus ribuan dari dompetnya.

Saya: "Pelindung begituan doang harganya 100 ribu? Emang hapenya harganya berapa?"

Teman Saya: "Waktu aku beli sih harganya 2,4 juta."

Saya: "Nah, gini aja, gimana kalo hape + pelindung-pelindungnya itu kamu jual lagi … nah terus 2, 5 jutanya itu kamu beliin kucing persia. Enak kan, ntar kalo diajak main gak akan makin rusak. Gimana?"

***

Banyak diantara kita yang masih belum paham apa perbedaan antara organik dan non-organik. Dalam pelajaran Biologi sewaktu SD dulu, kita hanya tahu bahwa organik itu berarti sampah daun-daunan. Sedangkan non-organik itu adalah sampah plastik. Padahal, organik memiliki filosofi yang jauh lebih mendalam dari itu.

Organik, berasal dari kata "Organ" yang berarti sebuah "alat" di dalam tubuh yang penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Organ tersusun dari beberapa jaringan. Dan jaringan tersusun dari beberapa sel. Jadi, semua makhluk yang memiliki sel dapat disebut organik.

Non-organik adalah kebalikan dari organik. Ya, non-organik adalah suatu makhluk / benda yang tidak memiliki sel. Bagian terkecil dari makhluk non-organik bukanlah sel, tetapi atom.

Organik, tersusun atas sel. Sel memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Itu artinya, semakin sering digunakan, sel tersebut akan semakin kuat, bukannya semakin rusak.

Non-organik, tersusun atas atom. Atom tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Alih-alih beradaptasi, atom justru akan saling melepas apabila terlalu sering bergesekan dengan benda lain. Itu artinya, semakin sering digunakan, makhluk non organik akan semakin rusak dan terkikis.

Kita, adalah makhluk organik. Sesuai dengan hukum organik, semakin sering digunakan, ya semakin kuat.


"Kita adalah makhluk organik. Semakin sering digunakan ya semakin kuat, bukan semakin rusak."


Kita lihat beberapa contoh. Para binaragawan memiliki otot lengan yang besar karena mereka terbiasa mengangkat beban yang berbobot puluhan kilogram di gym. Otot-otot lengannya beradaptasi dengan beban yang diberikan sehingga otot-otot tersebut menguat.

Para musisi memiliki kemampuan menciptakan lagu karena mereka terbiasa mendengarkan alunan nada. Otak kanannya beradaptasi dengan melodi-melodi tersebut sehingga kreativitas sang musisi pun menguat.

Lihat, cara kerja tubuh kita sesederhana itu.

Kalau kita sudah paham konsep itu, kita akan paham bagaimana cara menggapai keberhasilan. Ya, mulailah mendisiplinkan diri SEKARANG.

Berapa banyak orang yang berkata,

"Saya ingin jadi ahli teknologi. Tapi belajar tentang teknologinya nanti saja di kuliah."

Padahal, jika Anda mendalami teknologi sejak kecil, ketika kuliah nanti Anda sudah menguasai dunia teknologi. Dan ketika lulus, Anda sudah menjadi ahli teknologi bahkan inovator hebat!

"Saya ingin jadi atlit sepak bola. Tapi mulai fokus latihannya nanti saja kalau sudah selesai SMA."

Padahal, jika Anda sudah fokus berlatih sepak bola sejak kecil, usai SMA nanti kaki Anda sudah lihai mempermainkan bola. Maka di usia 20-an, Anda mungkin sudah menjadi pemain bola yang hebat!

Ingatlah, kita adalah makhluk organik. Semakin sering dilatih, semakin kuat. Tekunilah suatu bidang yang Anda sukai. Semakin lama, semakin kuatlah Anda di bidang itu. Jangan setengah-setengah dalam menekuni suatu bidang. Niscaya, keberhasilan ada di depan mata Anda.


Jadi, apakah Anda masih setengah-setengah dalam mendalami suatu bidang? Think Again.

Komentar