Think Again - A B C D

Abjad - sumber gambar: dreamstime.com

Sumber Inspirasi - Dulu, saya adalah orang yang tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Perlahan-lahan, saya mulai merasakan semakin banyak proyek saya yang terhenti di tengah jalan. Beberapa rekan saya berkomentar: "Kamu tuh terlalu cepet ambil keputusan Yog, padahal harusnya kamu pikirin dulu berbagai risikonya ...."


Saya jadi teringat saat memikirkan hal itu, saya masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Ya, salah satu proyek yang akan saya kerjakan bersama beberapa teman lama saya, harus dihentikan karena saya memutuskan untuk mengerjakan proyek lain dengan bayaran yang lebih tinggi.

Dan ternyata, proyek yang saya pilih tersebut tidak begitu bagus hasil akhirnya, bahkan dapat dikatakan buruk. Alhasil, bayarannya tidak turun. Saya lelah karena bekerja berhari-hari, dan saya tidak dapat bayaran sama sekali. Benar-benar apes.

Dari situ, saya menyimpulkan bahwa apapun yang terjadi, kita harus hati-hati dalam mengambil keputusan. Kita tidak boleh tergesa-gesa.

Beberapa hari kemudian, saya menghadapi ulangan akhir semester. Meskipun di luar sekolah saya sedang dihadapi banyak masalah, tetapi di sekolah saya harus tetap tenang dan harus bisa mengikuti aktivitas akademik dengan baik.

Ulangan harian dimulai. Saya duduk dengan tenang sembari terus mengingat-ngingat materi pelajaran yang saya hafalkan semalam.Ingatan itu tidak boleh lepas.

Saya mulai mengerjakan, satu persatu soal saya kerjakan. Tersisa 10 soal yang agak rumit. Tidak terlalu rumit sebenarnya, hanya saja saya lupa.

Saya mencoba mengingat-ingat ... Hmmm ... Sepertinya jawabannya C ... Tapi B juga bisa ... Atau D ya?

Pikiran saya kesana kemari memikirkan jawaban dari kesepuluh soal tersebut. Sial sekali, mengapa ingatan saya samar-samar begini ....

Setiap sisa soal tersebut saya pertimbangkan dengan matang. Setelah berdebat dengan diri sendiri tentang A, B, C, dan D ... Barulah saya berani mengambil keputusan. Meski lupa, saya yakin kesepuluh soal itu jawabannya benar karena saya yakin, keputusan terakhir adalah keputusan terbaik.

Seminggu berlalu, ujian selesai. Guru mulai membahas kunci jawaban ujian. Dan ... Kesepuluh soal yang saya kerjakan itu ... Salah semua.

****

Saya sedikit merenung. Waktu di proyek, keputusan yang diambil terlalu cepat malah mendatangkan bencana. Waktu di sekolah, keputusan yang diambil terlalu lama juga mendatangkan bencana. Jadi harusnya bagaimana?

Beberapa waktu terakhir ini, ada beberapa literatur psikologi yang saya simak. Dan ternyata sudah ada penelitiannya dan ... Misteri dari cerita itu terkuak.

Kalau kita lihat secara sekilas, sepertinya mengambil keputusan di sekolah dan di proyek adalah sama. Ya toh sama-sama mengambil keputusan. Tetapi ... Sebenarnya kedua hal itu berbeda.

Coba perhatikan lebih jeli cerita di atas.

Di proyek, saya dihadapi 2 pilihan proyek dengan bayaran yang berbeda. Selama proses memilih tersebut, menurut Anda, apa yang saya pikirkan?

Yang pasti saya akan menebak apa yang akan terjadi jika saya memilih proyek A, lalu apa yang akan terjadi jika saya memilih proyek B. Jadi, yang saya tebak adalah masa depan.

Di sekolah, saya dihadapi 4 pilihan. Jawaban A, B, C, atau D. Selama proses memilih tersebut, menurut Anda, apa yang saya pikirkan?

Yang pasti saya akan menebak hal-hal yang pernah saya ingat sebelumnya. Saya akan berupaya keras mengembalikan hafalan-hafalan yang masih menempel di kepala saya dan berharap soal ulangan tersebut bisa terjawab dengan benar. Jadi, yang saya tebak adalah masa lalu.

Sekarang, saya tanya Anda, apakah Anda mampu menebak masa depan? Tentu tidak. Apakah Anda mampu menebak masa lalu yang sudah terlupakan? Tidak juga.

Lantas apa yang terjadi di kepala Anda saat sedang menebak?

Sederhana sekali. Otak Anda akan melakukan pengecekan: pilihan mana yang paling aman? Dan perasaan Anda akan melakukan pengecekan: pilihan mana yang paling nyaman?

Itulah yang disebut dengan firasat.

Firasat adalah perilaku naluriah manusia berupa imajinasi alam bawah sadar yang muncul ketika orang tersebut dihadapi berbagai pilihan. Firasat ini akan menuntun seseorang untuk mengambil keputusan yang tepat.

Apabila firasat berguna untuk memilih, lantas mengapa saya masih salah mengambil keputusan? Mengapa ada mahasiswa yang salah jurusan? Mengapa ada orang yang lupa dengan teman SMP-nya sendiri? Mengapa ada orang yang salah menikah? Apakah itu pertanda bahwa mereka tidak punya firasat?

Bukan begitu ....

Orang-orang yang salah mengambil keputusan bukannya tidak punya firasat, tetapi mereka hanya salah cara menggunakan firasatnya.

Ingat, firasat seperti petunjuk yang samar-samar. Tetapi kalau Anda tahu cara menggunakannya, firasat akan terlihat lebih jelas.


"Untuk menebak sesuatu di masa lalu, gunakan firasat pertama. Untuk menebak sesuatu di masa depan, gunakan firasat terakhir."

Think Again - Sayoga R. Prasetyo


Coba Anda perhatikan, apa yang dikatakan firasat Anda ketika pertama kali melihat seseorang?

"Saya sering melihat orang ini duduk santai di kafe. Ah, orang ini sepertinya bukan pekerja keras."

"Eh tapi kalau siang hari dia suka pakai jas hitam ... Berarti sebenarnya jabatannya tinggi di kantornya ... Dan kalau sedang istirahat kerja dia santai-santai di kafe ...."

Apakah Anda paham apa yang saya maksud? Ya, kita mendapat satu teori baru: firasat tidak mungkin datang satu kali. Jika satu firasat muncul, maka akan muncul firasat berikutnya, berikutnya, dan berikutnya.

Sehingga, sebetulnya kita tidak pernah bingung memilih pilihan. Kita hanya bingung mendengarkan firasat yang satu dengan firasat lainnya.


"Pilihan yang banyak tidak akan membuat seseorang bingung. Yang membuat bingung adalah sederet firasat yang datang setelah pilihan muncul."

Think Again - Sayoga R. Prasetyo


Oke, jadi kesimpulannya,

Kita yang sekarang, adalah hasil keputusan kita di masa lalu. Sehingga orang yang ingin bermasa depan baik harus membangun kemampuan mengambil keputusan sebaik-baiknya. Belajarlah mendengarkan firasat Anda sendiri. Karena mendengarkan firasat adalah bibit dari kemampuan mengambil keputusan.


Jadi, apakah Anda masih ingin asal-asalan dalam mengambil keputusan? Think Again.

Komentar