Sumber gambar: http://jorpaher.blogs.upv.es |
Sumber
Inspirasi - Seiring berjalannya
waktu, saya semakin memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas artikel di
blog sumber Inspirasi. Beberapa buku literatur ilmu komunikasi pun saya baca
demi mendapat inspirasi. Dan ternyata, salah satu aspek yang dapat menambah
kepercayaan pembaca mengenai kualitas suatu artikel adalah adanya keterlibatan
narasumber terpercaya.
Untuk pertama
kalinya, saya menulis artikel dengan bersumber dari ahlinya langsung. Biasanya
saya mendapatkan data dari artikel-artikel di internet. Berhubung blog Sumber
Inspirasi tengah fokus membahas sepeda, maka saya cari orang yang hobi
bersepeda.
Setelah seharian
penuh mencari orang yang hobi bersepeda, akhirnya saya menemukan satu orang
yang bersedia diwawancara. Berhubung saya tidak memiliki izin untuk
mempublikasikan namanya di sini, maka anggap saja namanya Toyib.
Saya: "Bang
Toyib, saya Sayoga dari Sumber Inspirasi. Saya ingin mewawancarai abang tentang
hobi abang, sepeda. Nanti nama abang akan saya cantumkan sebagai narasumber.
Boleh?"
Toyib:
"Boleh, silakan. Mau nanya apa nih?"
Saya: "Saya
tanya satu persatu aja ya bang. Pertanyaan pertama, gimana sih cara ngerawat
sepeda yang benar?"
Toyib: "Oke.
Pertama, cuci sepeda pake air, tapi jangan steam soalnya bikin grease lepas
dari bearing sama gotri."
Toyib: "Terus
kalo mau, dibongkar. Siapin kunci allen, degreaser, lubricant, sikat gigi
bekas, dan sikat lantai. Bongkar sepeda, terus bersihin sampe bersih terutama
bagian dalem cassete dan tube di bagian front derailleur. Jangan lupa nyikatnya
sambil dialirin air dari selang."
Toyib: "Habis
itu goyang-goyangin sepedanya biar air yang ada di dalem framenya keluar.
Biasanya airnya itu keluar lewat as bottom bracket bagian bawah, atau di bagian
chainstay bagian dalem deket free hub. Itu harus diperhatiin, apalagi kalau
pake hollowtech II."
Toyib: "Habis
itu semprot chain-nya pake degreaser. Tapi jangan pake WD40. Habis itu kasih
lubricant di daerah derailleur. Coba fine tuning atau mainin shifternya"
Toyib: "Sambil
nunggu kering, cek handlerbar, headset, dll."
Saya: "Aduh
Bang, di sini hujan angin. Internetnya mau saya cabut dulu. Ngobrolnya nanti
lagi ya bang."
Sayoga is offline.
****
Ya, saya bingung
setengah mati mendengar penjelasan Sang Ahli Sepeda itu. Apa maksudnya? Apa
arti istilah-istilah aneh itu? Degreaser, cassete, tube, bracket, chainstay ...
APA ITU!?
Setelah menutup laptop, saya langsung
merenung. Entah mengapa saya merasa menyesal. Mengapa saya sudahi percakapan
tadi? Mengapa saya tidak tanya saja istilah itu satu persatu? Bukankah orang
seahli ini saya butuhkan untuk meningkatkan kualitas artikel di blog Sumber
Inspirasi?
Oke, semua sudah
terlanjur terjadi, saatnya saya ambil hikmah dari kejadian ini.
Coba Anda
perhatikan, orang tersebut adalah orang ahli. Tetapi anehnya, saya tidak
tertarik untuk mendengar pembicaraannya.
Mengapa saya tidak
tertarik? Karena saya bingung. Mengapa saya bingung? karena saya tidak familiar
dengan istilah-istilah dalam dunia sepeda.
Dari sinilah saya
paham bahwa kita hanya tertarik untuk mendengarkan sesuatu yang sudah familiar.
Apa yang akan
terjadi jika kita mendengarkan sesuatu yang tidak familiar? Kita akan
meningkatkan fokus kita selama beberapa menit. Jika masih tidak mengerti juga,
akan muncul perasaan bingung. Selanjutnya? Kita akan berupaya menghentikan
pembicaraan orang tersebut dengan cara apapun, atau pergi menjauh. Itu
naluriah.
Namun ada satu teori
yang perlu kita pertimbangkan: Apabila kita terus menerus mendengarkan sesuatu
yang sudah familiar, maka otak akan lebih jarang berpikir. Dan ini berbahaya.
"Kita hanya tertarik untuk mendengarkan sesuatu
yang sudah familiar karena di sana kita cenderung merasa nyaman. Tetapi jika
mengikuti naluri ini, kita tidak akan maju."
Think Again - Sayoga R. Prasetyo
Mari kita lihat contoh-contoh nyata.
Seorang ayah
mengeluh karena omongannya tak pernah didengarkan anaknya. Anaknya mengaku
lebih menurut pada ceramah temannya. Apakah Anda tahu apa penyebabnya? Ya, anak
itu lebih familiar dengan suara teman-temannya, namun tidak familiar dengan
suara ayahnya. Hal ini disebabkan karena ia lebih sering mengobrol dengan
teman-temannya ketimbang dengan ayahnya sendiri.
Atau kita lihat
contoh yang lebih sederhana,
Apakah Anda mau
menuruti kata-kata orang yang baru Anda temui? Tentu tidak. Hal ini terjadi
karena telinga Anda tidak familiar dengan orang baru tadi, sehingga Anda tidak
akan tertarik dengan kata-katanya.
Lihat, kita hanya
tertarik pada sesuatu yang sudah familiar.
Inilah alasan
terkuat mengapa perusahaan menggunakan artis terkenal untuk mempromosikan
produknya, lalu diputar berulang-ulang di televisi. Tujuannya agar orang-orang
familiar dengan produk tersebut. Jika sudah familiar, kita tertarik untuk
membeli produk tersebut.
Lantas apakah teori
ini dapat kita manfaatkan untuk mengembangkan diri? Tentu.
Apakah Anda adalah
orang yang tidak suka pelajaran hitungan? Jika ya, apakah Anda tahu apa
penyebabnya? Bukan, bukan karena Anda bodoh, tetapi karena Anda jarang berlatih
bermain angka, sehingga Anda tidak familiar. Kalau sudah familiar, Anda pasti
bisa dan suka berhitung.
Apakah Anda adalah
orang yang tidak suka menonton acara politik? Jika ya, apakah Anda tahu apa
penyebabnya? Bukan, bukan karena Anda bodoh, tetapi karena Anda jarang
menyaksikan acara-acara politik, sehingga Anda tidak familiar. Kalau sudah
familiar, Anda pasti bisa dan suka dengan politik.
Lihat, kita tidak
perlu pintar untuk mendalami suatu ilmu, kita hanya perlu membuat ilmu tersebut
familiar.
Lalu bagaimana cara
agar kita familiar dengan sesuatu yang tidak kita sukai?
Kita belajar dari
iklan yang diputar berulang-ulang di televisi. Mengapa mereka melakukan itu?
Karena ada satu teori psikologi: Menyimak sesuatu secara berulang dan terus
menerus akan membuat Anda familiar dengan sendirinya.
Mulai sekarang, bagi
Anda yang tidak suka membaca buku, paksa diri Anda untuk membaca buku setiap
hari. Bagi Anda yang tidak suka belajar, paksa diri Anda untuk belajar setiap
hari. Bagi Anda yang tidak suka berhitung, paksa diri Anda untuk berhitung setiap
hari. Sebodoh apapun Anda, Anda pasti akan bisa.
So, jangan pernah berkata bahwa mempelajari hal rumit itu mustahil. Karena terkadang aktivitas yang menghebatkan Anda adalah
aktivitas yang membuat Anda tidak nyaman. Ingatlah bahwa apa yang Anda
sukai belum tentu baik bagi Anda, apa yang tidak Anda sukai belum tentu buruk
untuk Anda.
Jadi, apakah Anda
masih menganggap bahwa mempelajari hal baru itu sulit? Think Again.
Komentar
Posting Komentar
Ada tambahan? Atau ada sanggahan? Silakan utarakan :)