7 Mitos tentang Rokok



Jumlah perokok di Indonesia ternyata mencapai peringkat 3 dunia usai Cina dan India. Angka perokok aktif yang tinggi tersebut menjadi salah satu alasan mengapa rokok adalah salah satu masalah di Indonesia. Tentu masalah yang satu ini tidak mudah diatasi karena besarnya peran pajak produksi rokok terhadap pembangunan negara.

Tidak hanya itu, pemerintah juga kewalahan menghadapi para perokok aktif karena para perokok aktif selalu memiliki alasan yang kuat untuk terus merokok. Padahal, alasan mereka rata-rata bukanlah fakta, melainkan hanya mitos belaka.

Apa sajakah mitos-mitos tersebut?

1. Merokok itu Macho

Ini adalah alasan yang benar-benar mitos. Banyak orang berkata bahwa merokok itu macho karena memang rata-rata orang yang merokok adalah pria berusia dewasa. Namun sebenarnya, rokok tidak membuat Anda lebih macho, baik secara perilaku maupun secara penampilan. Justru, rokok memiliki efek samping berupa penyakit impotensi yang akan membuat Anda kehilangan label "macho" Anda.

2. Merokok hanya Merugikan Sang Perokok

"Rokok kan hanya berbahaya bagi Si Perokok. Jadi, tidak apa-apa kan saya merokok di sebelah orang yang tidak merokok?"

Pernyataan ini tentu salah. Bagian rokok yang paling berbahaya justru ada pada asapnya. Asap rokok mengandung banyak kandungan yang berbahaya bagi kesehatan kita. Atas dasar itulah mengapa para perokok dilarang merokok di tempat umum. Asap yang dihembuskan Sang Perokok dapat menyebabkan orang-orang di sekitarnya menerima risiko penyakit yang sama dengan orang yang merokok.

3. Merokok itu Aman asal Dibatasi Konsumsinya

Pernyataan yang satu ini juga adalah salah satu mitos. Jumlah rokok yang dibatasi tidak akan mengurangi risiko penyakit yang akan ditimbulkan dari rokok. Orang yang menghisap satu batang rokok perminggu pun tetap memiliki risiko timbulnya berbagai penyakit karena sesedikit apapun kadar nikotin dalam tubuh, pasti berbahaya.

4. Berhenti Merokok dapat Menyebabkan Stres

Apakah pernyataan ini merupakan mitos? Tetapi bukankah memang banyak orang yang merasakan stres ketika berhenti merokok?

Saya tegaskan, ini adalah mitos.

Stres memang terjadi pada orang yang berhenti merokok karena pada saat itu, nikotin dalam tubuh sedang dibersihkan. Namun nantinya, perasaan stres akan hilang dan akan terganti oleh perasaan segar.

Untuk penjelasan lebih lanjut, silakan baca artikel saya terdahulu mengenai proses yang terjadi pada tubuh usai berhenti merokok.

5. Mengunyah Tembakau itu Aman

Ada lagi orang yang berkata,

"Saya tidak merokok. Saya membeli rokok hanya untuk dikupas, diambil tembakaunya, lalu saya simpan di mulut seperti sedang mengonsumsi permen. Bukankah itu tidak masalah?"

Ini juga merupakan kesalahan.

Mengunyah tembakau memang tidak merusak bagian dalam tubuh. Namun, mengunyah tembakau dapat merusak bagian mulut. Mengunyah tembakau dapat menyebabkan kanker mulut, kanker faring, dan berbagai kerusakan mulut lainnya.

6. Rokok dengan Label "Light" atau "Mild" adalah Rokok yang Aman

Memang, rokok berlabel "light" atau berlabel "mild" adalah jenis rokok dengan kadar tar dan nikotin yang sedikit. Namun, justru karena hal itu, para perokok jenis ini cenderung menghisap rokok lebih dalam. Apabila rokok dihisap lebih dalam, maka gas karbon monoksida akan terserap tubuh lebih banyak. Akibatnya, risiko penuaan dini dan berbagai penyakit lainnya meningkat.

7. Merokok dapat Diimbangi dengan Gaya Hidup Sehat

Ini adalah mitos terakhir. Gaya hidup sehat seperti apapun tidak dapat menghambat gerakan nikotin mengaktifkan sel-sel kanker. Gaya hidup sehat juga tidak akan mengurangi kadar karbon monoksida dalam tubuh.


Demikianlah artikel saya kali ini mengenai beberapa mitos tentang rokok yang beredar luas di masyarakat. Mudah-mudahan dapat menambah wawasan Anda, salam Sahabat Inspiratif!

Komentar